BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Psikologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche yang berarti Jiwa dan Logos yang
berarti Ilmu. Psikologi merupakan ilmu jiwa, dimana jiwa tidak tampak namun
termanivestasi melalui tingkah laku, baik tingkah laku yang nampak maupun
tingkah laku yang tidak tampak. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi,
psikologi pendidikan adalah studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan
tentang prilaku manusia atau studi sistematis tentang proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Dalam
pendidkan psikologi dikenal banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli
psikologi. Salah satu teorinya adalah teori gestalt. Teori gestal adalah teori
yang dibangun oleh tiga orang yaitu Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang
Kohler.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai riwayat hidup Kurt Koffka,
Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler; konsep belajar mereka; nama teori yang
mereka kemukakan; implikasi/aplikasi teori mereka dalam pendidikan atau
pembelajaran; dan ayat serta hadits yang berkaitan dengan teori mereka.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana riwayat hidup dari Kurt
Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
2.
Bagaimana konsep belajar dari Kurt
Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
3.
Apa teori yang dikemukakan oleh Kurt
Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
4.
Bagaimana implikasi/aplikasi teori Kurt
Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler dalam pendidikan atau pengajaran ?
5.
Apa ayat dan hadits yang berkaitan
dengan teori Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui riwayat hidup dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler
2. Untuk
mengetahui konsep belajar dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler
3. Untuk
mengetahui teori yang dikemukakan oleh Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan
Wolfgang Kohler
4. Untuk
mengetahui implikasi/aplikasi teori Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang
Kohler dalam pendidikan atau pengajaran
5. Untuk
mengetahui ayat dan hadits yang berkaitan dengan teori dari Kurt Koffka, Max
Wertheimer, dan Wolfgang Kohler
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup Tokoh – Tokoh Gestalt
1.
Max
Wertheimer
Max Wertheimer adalah pendiri
aliran psikologi Gestalt yang lahir di Praha, Jerman pada tanggal 15 April 1880
dan meninggal di New York pada tanggal 12 Oktober 1943.
Setelah tamat sekolah Gymnasium di
Praha. Ia belajar hukum selama dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan
studi ini dan lebih menyukai filsafat. Ia lalu belajar di Universitas
Praha, Berlin dan Wurzburg, tempat ia mendapat
gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt dimana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.
Dia menerima tawaran di Frankfurt
dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934 karena situasi
politik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for Social
Research di New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat penemuannya
yang akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.
2.
Kurt Koffka
Kurt Koffka lahir pada tanggal
18 Maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph.D dari University of Berlin
pada tahun 1909 dan juga menjadi asisten di Frankfurt.
Pada tahun
1911, Koffka pergi ke University of Gressen dan mengajar di sana
sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Growt Of The Main : An
Introduction To Child Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah
artikel untuk Psychological Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt
kepada pembaca Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat
untuk mengajar di Smith College dan mempublikasikan “Principles Of Gestalt
Psychology”.
Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah
penyajian sistematis dan pengalaman dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang
belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan
prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
3.
Wolfgang
Kohler
Wolfgang Kohler lahir pada
tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia menerima gelar Ph.D dan pada
tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian menjadi asisten di Institute
Psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan Max Wertheimer. Tahun 1913 mendapat tugas belajar ke Antrhopoid
Station, Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai tahun 1920.
Pada tahun 1917 ia menulis buku
paling terkenalnya “Intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1925 dengan judul The
Mentality of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua dan direktur
laboratorium psikologi di University of Berlin dan tinggal di sana sampai
pensiun.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja
sebagai Direktur stasiun “Anthrophoid” dari Akademi
Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, dimana pernah
melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera.
B. Konsep Belajar Tokoh – Tokoh Gestalt
1. Max Wertheimer
Konsep
pentingnya adalah phi phenomenon yaitu bergeraknya obyek statis menjadi
rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan
dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Dengan konsep ini,
Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita
terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi
proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk
pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
Wertheimer melakukan eksperimen
dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk
kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam
kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua
gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang
melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus.
Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang.
Gerakan ini merupakan gerakan yang semu “Scheinbwegung” karena sesungguhnya
garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada
tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang
berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a.
Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b.
Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c.
Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2. Kurt Koffka
Teori Koffka tentang belajar
didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip
psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a.
Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman
yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara
sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita
mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b.
Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya
perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan
untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c.
Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak
ingatan.
3.
Wolfgang
Kohler
Eksperimen Wolfgang
Kohler melalui percobaan dengan seekor Simpense yang diberi nama Sulton. Dalam
eksperimennya, kohler ingin mengetahui bagaimana fungsi insight dapat membantu
memecahkan masalah dan membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya tidak dengan stimulus dan respon atau trial and error
saja, tapi juga karena ada pemahaman terhadap masalah dan bagaimana memecahkan
masalah tersebut.
Berikut
eksperimen yang dilakukan oleh kohler terhadap Simpanse:
a. Ekesperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar
atau ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Diluar
sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah
bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan. Pada awalnya simpanse
berusaha mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal karena tangannya tidak
sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse melihat sebatang
tongkat dan timbullah pengertian untuk meraih pisang dengan menggunakan tongkat
tersebut. Begitu juga ketika ada dua tongkat, karena tidak dapat diraihnya
pisang tersebut dengan tongkat satu. Tiba-tiba muncul insight dalam diri simpanse
dan menyambung dan akhirnya berhasil.
b. Eksperimen
II
Problem yang dihadapi sekarang
diubah, yakni pisang digantung diatas sangkar sehingga simpanse tidak dapat
meraih pisang tersebut. Disudut sangkar tersebut diletakkan subuah kotak yang
kuat untuk dinaiki simpanse. Pada awalnya simpanse mau mengambil pisang, akan
tetapi berkali-kali gagal, ketika simpanse melihat kotak disudut sangkar,
munculah insight simpanse untuk bergegas mengambil kotak dan dinaikinya dan
akhirnya ia dapat mengambil pisang. Begitu juga ketika dalam sangkar terdapat
dua kotak kuat, dan ketika simpanse tidak bisa mengambil dengan satu kotak,
maka simpanse mengambil kotak tersebut untuk ditumpuk kemudian dinaiki dan
akhirnya simpanse dapat mengambil pisang tersebut.
Dari Eksperimen-eksperimen
tersebut, kohler menjelaskan bahwa simpanse yang dipakai untuk percobaan harus
dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara
semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight.
Dari percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan
ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang
dihadapinya. Gestalt berasumsi, bila seseorang atau suatu organisasi dihadapkan
pada suatu problem, tetapi kedudukan kognitif tidak seimbang sampai problem itu
dipecahkan. Menurut gestalt problem tersebut merupakan stimulus sampai didapat
suatu pemecahannya. Organisme atau individu akan selalu berfikir tentang suatu
bahan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya sebagai bentuk respon atas
masalah tersebut.
C.
Teori yang
Dikemukakan Tokoh – Tokoh Gestalt
Tokoh-tokoh
Gestalt yaitu Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler berpendapat
bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya
sebagai kesatuan yang utuh. Pendapat mereka didasari atas eksperimen yang
mereka lakukan yang akhirnya menemukan ide gestalt. Ide inilah yang disebut
Teori Gestalt.
D.
Implikasi/Aplikasi
Teori Gestalt dalam Pendidikan
1.
Implikasi
Teori Gestalt
a. Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang
eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan
bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini
dihindari karena abstrak namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan
empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah
psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri
fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh
psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan
abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang mendirikan psikologi
Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai
metode untuk menganalisis gejala psikologis. Fenomenologi adalah deskripsi
tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala.
Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk
setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa
yang dialami secara langsung.
b. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkan
ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher
mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan
kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem
solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan Teori Sign Learning) dan Kohler
(eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).
2.
Aplikasi
Teori Gestalt
a. Belajar
1) Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2) Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan
menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah
dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik
hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3) Perilaku
bertujuan (purposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4) Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
5) Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
b. Insight
Pemecahan
masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai
dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu
menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi.
Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler
dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya
insight pada individu tergantung pada :
1)
Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan
inteligensi individu.
2)
Pengalaman
Dengan belajar, individu akan
mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya
insight.
3)
Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan
semakin sulit diatasi
4)
Latihan
Latihan yang banyak akan
mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
5)
Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat
memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga
akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Memory
Hasil persepsi
terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak
ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional
terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti
secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh
gosip/rumor. Fenomena gosip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta
yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada
orang lain dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi
fakta atau belum diketahui faktanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Amali, Wafiq. Teori Pembelajaran Menurut Aliran Psikologi Gestalt. (online)
Tersedia : http://wafiq-amali.blogspot.com/2012/04/teori-pembelajaran-menurut-aliran.htmldi
akses 6 Mei 2014
Anggipuspita1. Sejarah Teori Gestalt. (online) Tersedia : http://anggipuspita1.wordpress.com/2013/03/05/sejarah-teori-gestal/
Dariyanto, Feri
Nan. Teori belajar gestalt. (online)
Tersedia : http://ferdonan.wordpress.com/teori-belajar-gestalt/
diakses 28 April 2014
Honeyboy777. Teori
Gestalt. (online) Tersedia : http://honeyboy777.wordpress.com/2011/02/25/teori-gestalt/
diakses 6 Mei 2014
Lian. Teori
Pembelajaran. (online) Tersedia : http://lianw17.blogspot.com/2014/04/teori-pembelajaran.html di akses 28 April 2014
Mahasiswa KI’2010 STAIN Samarinda. Teori Belajar Gestalt. (online) Tersedia
: http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2013/04/teori-belajar-gestalt.html
diakses 27 April 2014
Octaria, Dina.Teori Belajar Gestalt. (online) Tersedia : http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-gestalt/
diakses 27 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar