Kamis, 12 Juni 2014

Teori Gestalt Max, Koffka, dan Kohler

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche yang berarti Jiwa dan Logos yang berarti Ilmu. Psikologi merupakan ilmu jiwa, dimana jiwa tidak tampak namun termanivestasi melalui tingkah laku, baik tingkah laku yang nampak maupun tingkah laku yang tidak tampak. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku  seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi, psikologi pendidikan adalah studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia atau studi sistematis tentang proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Dalam pendidkan psikologi dikenal banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologi. Salah satu teorinya adalah teori gestalt. Teori gestal adalah teori yang dibangun oleh tiga orang yaitu Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai riwayat hidup Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler; konsep belajar mereka; nama teori yang mereka kemukakan; implikasi/aplikasi teori mereka dalam pendidikan atau pembelajaran; dan ayat serta hadits yang berkaitan dengan teori mereka.
B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana riwayat hidup dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
2.      Bagaimana konsep belajar dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
3.      Apa teori yang dikemukakan oleh Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
4.      Bagaimana implikasi/aplikasi teori Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler dalam pendidikan atau pengajaran ?
5.      Apa ayat dan hadits yang berkaitan dengan teori Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler ?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui riwayat hidup dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler
2.      Untuk mengetahui konsep belajar dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler
3.      Untuk mengetahui teori yang dikemukakan oleh Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler
4.      Untuk mengetahui implikasi/aplikasi teori Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler dalam pendidikan atau pengajaran
5.      Untuk mengetahui ayat dan hadits yang berkaitan dengan teori dari Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Riwayat Hidup Tokoh – Tokoh Gestalt
1.      Max Wertheimer
Max Wertheimer adalah pendiri  aliran psikologi Gestalt yang lahir di Praha, Jerman pada tanggal 15 April 1880 dan meninggal di New York pada tanggal 12 Oktober 1943.
Setelah tamat sekolah Gymnasium di Praha. Ia belajar hukum selama dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan studi ini  dan lebih  menyukai filsafat. Ia lalu belajar di Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg, tempat ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt dimana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.
Dia menerima tawaran di Frankfurt dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934 karena situasi politik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for Social Research di New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat penemuannya yang akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.
2.   Kurt Koffka
Kurt Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph.D dari University of Berlin pada tahun 1909 dan juga menjadi asisten di Frankfurt.
Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Gressen dan mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Growt Of The Main : An Introduction To Child Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psychological Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith College dan mempublikasikan “Principles Of Gestalt Psychology”.
Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian sistematis dan pengalaman dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
3.   Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia menerima gelar Ph.D dan pada tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian menjadi asisten di Institute Psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan Max Wertheimer. Tahun  1913 mendapat tugas belajar ke Antrhopoid Station, Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai tahun 1920.
Pada tahun 1917 ia menulis buku paling terkenalnya “Intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1925 dengan judul The Mentality of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua dan direktur laboratorium psikologi di University of Berlin dan tinggal di sana sampai pensiun.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur stasiun “Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, dimana pernah melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera.
B.       Konsep Belajar Tokoh – Tokoh Gestalt
1.      Max Wertheimer
Konsep pentingnya adalah phi phenomenon yaitu bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
Wertheimer melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu “Scheinbwegung” karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a.       Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b.      Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c.       Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2.      Kurt Koffka
Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a.       Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b.      Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c.       Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3.      Wolfgang Kohler
Eksperimen Wolfgang Kohler melalui percobaan dengan seekor Simpense yang diberi nama Sulton. Dalam eksperimennya, kohler ingin mengetahui bagaimana fungsi insight dapat membantu memecahkan masalah dan membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan masalah yang dihadapinya tidak dengan stimulus dan respon atau trial and error saja, tapi juga karena ada pemahaman terhadap masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.
Berikut eksperimen yang dilakukan oleh kohler terhadap Simpanse:
a.       Ekesperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Diluar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan. Pada awalnya simpanse berusaha mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse melihat sebatang tongkat dan timbullah pengertian untuk meraih pisang dengan menggunakan tongkat tersebut. Begitu juga ketika ada dua tongkat, karena tidak dapat diraihnya pisang tersebut dengan tongkat satu. Tiba-tiba muncul insight dalam diri simpanse dan menyambung dan akhirnya berhasil.
b.      Eksperimen II
Problem yang dihadapi sekarang diubah, yakni pisang digantung diatas sangkar sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Disudut sangkar tersebut diletakkan subuah kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Pada awalnya simpanse mau mengambil pisang, akan tetapi berkali-kali gagal, ketika simpanse melihat kotak disudut sangkar, munculah insight simpanse untuk bergegas mengambil kotak dan dinaikinya dan akhirnya ia dapat mengambil pisang. Begitu juga ketika dalam sangkar terdapat dua kotak kuat, dan ketika simpanse tidak bisa mengambil dengan satu kotak, maka simpanse mengambil kotak tersebut untuk ditumpuk kemudian dinaiki dan akhirnya simpanse dapat mengambil pisang tersebut.
Dari Eksperimen-eksperimen tersebut, kohler menjelaskan bahwa simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya. Gestalt berasumsi, bila seseorang atau suatu organisasi dihadapkan pada suatu problem, tetapi kedudukan kognitif tidak seimbang sampai problem itu dipecahkan. Menurut gestalt problem tersebut merupakan stimulus sampai didapat suatu pemecahannya. Organisme atau individu akan selalu berfikir tentang suatu bahan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya sebagai bentuk respon atas masalah tersebut. 
C.      Teori yang Dikemukakan Tokoh – Tokoh Gestalt
Tokoh-tokoh Gestalt yaitu Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler berpendapat bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Pendapat mereka didasari atas eksperimen yang mereka lakukan yang akhirnya menemukan ide gestalt. Ide inilah yang disebut Teori Gestalt.
D.      Implikasi/Aplikasi Teori Gestalt dalam Pendidikan
1.         Implikasi Teori Gestalt
a.       Pendekatan fenomenologis : menjadi salah  satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami secara langsung.
b.      Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada  higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan Teori Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan  simpanse sebagai hewan coba).
2.         Aplikasi Teori Gestalt
a.       Belajar
1)      Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2)      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3)      Perilaku bertujuan (purposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4)      Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5)      Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
b.      Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
1)        Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
2)        Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
3)        Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
4)        Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
5)        Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
c.       Memory

Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gosip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.

DAFTAR PUSTAKA
Amali, Wafiq. Teori Pembelajaran Menurut Aliran Psikologi Gestalt. (online) Tersedia : http://wafiq-amali.blogspot.com/2012/04/teori-pembelajaran-menurut-aliran.htmldi akses 6 Mei 2014
Anggipuspita1. Sejarah Teori Gestalt. (online) Tersedia : http://anggipuspita1.wordpress.com/2013/03/05/sejarah-teori-gestal/
Dariyanto, Feri Nan. Teori belajar gestalt. (online) Tersedia : http://ferdonan.wordpress.com/teori-belajar-gestalt/ diakses 28 April 2014
Honeyboy777. Teori Gestalt. (online) Tersedia : http://honeyboy777.wordpress.com/2011/02/25/teori-gestalt/ diakses 6 Mei 2014
Lian. Teori Pembelajaran. (online) Tersedia : http://lianw17.blogspot.com/2014/04/teori-pembelajaran.html di akses 28 April 2014
Mahasiswa KI’2010 STAIN Samarinda. Teori Belajar Gestalt. (online) Tersedia :  http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2013/04/teori-belajar-gestalt.html diakses 27 April 2014
Octaria, Dina.Teori Belajar Gestalt. (online) Tersedia : http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-gestalt/ diakses 27 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar